Mulai dari Rumah, Ajarkan Anak TIDAK Jadi Pembully

Pembullyan di sekolah sudah menjadi masalah sosial yang semakin meresahkan bagi banyak orangtua. Perilaku bullying tidak hanya berdampak buruk bagi korbannya, tetapi juga bagi pelaku bullying itu sendiri. Sebagai orangtua, kita tentu tidak menginginkan anak kita tumbuh menjadi pribadi yang suka memperlakukan orang lain dengan kejam dan merendahkan martabatnya. Untuk itu, penting bagi orangtua untuk menanamkan nilai-nilai positif dan mengajarkan perilaku yang baik kepada anak sejak dini, agar terhindar dari perilaku bullying di masa mendatang.

Mengapa Anak Bisa Menjadi Pelaku Bullying?

Sebelum mengetahui cara mencegah anak menjadi pelaku bullying, penting juga untuk memahami faktor-faktor apa saja yang bisa menyebabkan anak terlibat dalam perilaku bullying. Beberapa penyebab utama anak melakukan bullying antara lain:

1. Merasa memiliki kekuasaan atas orang lain

Anak yang merasa dirinya lebih kuat, populer, atau superior dibandingkan teman-temannya cenderung ingin menunjukkan kekuasaannya dengan cara mengganggu dan memperlakukan temannya dengan buruk.

2. Ingin mendapatkan perhatian

Beberapa anak melakukan bullying karena ingin mencari perhatian dari teman-teman atau ingin diakui keberadaannya di kelompok sosialnya.

3. Mengalami masalah keluarga

Masalah di rumah seperti orangtua yang bercerai, kurang perhatian, atau mengalami kekerasan verbal atau fisik juga bisa memicu anak untuk melampiaskan emosinya dengan cara bullying.

4. Trauma masa lalu

Pengalaman traumatis di masa lalu seperti pernah menjadi korban bullying juga berpotensi membuat anak kemudian berperilaku sama kepada orang lain.

5. Lingkungan dan teman bermain

Bergaul dengan teman yang suka bullying juga bisa mempengaruhi anak untuk meniru perilaku tersebut karena merasa perilaku itu diterima dalam kelompok sosialnya.

6. Kurangnya empati

Anak yang kurang memiliki empati atau kemampuan untuk merasakan penderitaan orang lain cenderung tidak menyadari dampak dari perbuatannya dan dengan mudah melakukan bullying.

Cara Orangtua Mencegah Anak Menjadi Pelaku Bullying

Berikut ini adalah beberapa cara praktis yang dapat dilakukan orangtua di rumah untuk mencegah anak menjadi pelaku bullying:

1. Komunikasi yang Terbuka

Kunci utama untuk mencegah anak terlibat perilaku bullying adalah dengan membangun komunikasi yang baik di dalam keluarga. Luangkan waktu untuk berbincang dengan anak setiap hari. Dengarkan cerita dan keluh kesah mereka tanpa menghakimi. Berikan perhatian penuh saat anak berbicara agar mereka merasa dipahami.

Jika anak menghadapi masalah seperti berselisih dengan teman atau merasa kesulitan mengerjakan tugas sekolah, jangan langsung marah atau menyalahkan. Sebaliknya, berikan dukungan dan bantu anak memecahkan masalahnya dengan kepala dingin. Anak perlu tahu bahwa orangtua selalu siap mendengarkan dan memberi solusi, bukan malah memarahi atau mengabaikan.

Dengan komunikasi terbuka ini, orangtua bisa memantau perkembangan sosial dan emosi anak. Sehingga, jika ada masalah seperti anak yang ingin balas dendam karena pernah dibully, orangtua bisa segera mengetahuinya dan memberikan pengarahan yang tepat.

2. Ajarkan Empati pada Anak

Empati atau kemampuan untuk memahami perasaan orang lain adalah kunci penting untuk mencegah anak berperilaku bullying. Sejak dini, ajarkan anak untuk berempati dan melihat situasi dari sudut pandang orang lain.

Misalnya, saat anak bercerita tentang pertengkarannya dengan teman, jangan langsung menyalahkan temannya. Sebaliknya, ajak anak untuk memikirkan apa yang dirasakan temannya dan mengapa temannya bertindak demikian. Anjurkan anak untuk selalu mempertimbangkan perasaan orang lain sebelum bertindak.

Orangtua juga bisa mencontohkan sikap empati saat berinteraksi dengan anak. Misalnya dengan mengatakan, “Ibu mengerti kamu sedang sedih karena dimarahi Bu Guru, tapi marah dan membanting buku juga tidak boleh dilakukan.” Sikap empati yang ditunjukkan orangtua ini akan tertanam pada diri anak.

3. Berikan Teladan dengan Perilaku Positif

Anak cenderung mencontoh perilaku orang-orang terdekatnya, terutama orangtua. Oleh karena itu, orangtua harus memberikan contoh sikap dan perilaku positif dalam keseharian agar anak bisa meneladani.

Hindari berkata kasar, membentak, atau merendahkan anak maupun orang lain, karena itu bisa ditiru anak. Sebaliknya, tunjukkan sikap ramah, peduli, dan menghargai orang lain, termasuk kepada tetangga, sopir angkutan, dan semua orang. Dengan begitu, anak akan belajar untuk bersikap baik kepada siapapun tanpa membeda-bedakan.

Jika anak berperilaku kurang sopan, tegur dengan lembut dan beri tahu perilaku yang benar. Jadikan itu sebagai pelajaran, bukan malah memarahi dan membentaknya. Tunjukkan bahwa masalah bisa diselesaikan dengan kepala dingin dan komunikasi yang baik.

4. Ajarkan Penyelesaian Konflik yang Sehat

Saat anak menghadapi masalah dengan temannya, ajarkan mereka untuk menyelesaikannya dengan cara yang sehat dan tanpa kekerasan. Anak perlu dibekali keterampilan berkomunikasi dan manajemen konflik agar bisa mengatasi persoalan dengan teman tanpa emosi.

Ajarkan anak untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya dengan baik. Misalnya dengan menggunakan “pesan-aku” seperti “Aku sedih karena kamu tidak meminjamkan buku PR” daripada menyalahkan “Kamu pelit!”. Didik anak juga untuk mendengarkan pendapat temannya dan mencari solusi yang adil untuk kedua belah pihak.

Jika anak dan temannya tidak bisa menyelesaikan masalah, orangtua bisa membantu dengan menengahi dan memberi pengarahan. Tunjukkan bahwa setiap konflik pasti bisa diselesaikan dengan tenang asal ada komunikasi dan kesediaan saling mendengarkan.

5. Dorong Anak untuk Kegiatan Sosial Positif

Kegiatan sosial yang positif bisa menjadi wadah bagi anak untuk belajar berinteraksi dan bekerja sama dengan teman sebaya. Misalnya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, organisasi, atau komunitas hobi. Di sana anak bisa belajar tentang toleransi, kerjasama tim, dan saling menghargai perbedaan.

Sebaliknya, jika anak hanya menghabiskan waktu dengan kelompok teman yang negatif, perilaku bullying bisa menular kepada mereka. Oleh karena itu, dorong anak untuk terlibat dalam kegiatan positif dan bergaul dengan teman yang baik.

6. Pantau Penggunaan Media Sosial Anak

Media sosial kini menjadi sarana baru munculnya bullying siber atau cyberbullying. Oleh karena itu, orangtua perlu memantau aktivitas anak di media sosial dan mengajarkan penggunaan media sosial yang bertanggung jawab.

Jelaskan kepada anak bahwa apapun yang diposting di media sosial bisa membuat orang lain tersakiti, meskipun itu hanya “becanda”. Ingatkan juga untuk berpikir sebelum menulis komentar agar tidak menyinggung perasaan orang lain.

Secara berkala, lihatlah akun media sosial anak untuk memastikan tidak ada konten atau komentar negatif di sana. Jika perlu, batasi waktu anak mengakses media sosial agar tidak terpapar hal-hal berbahaya.

7. Berikan Penghargaan atas Perilaku Baik

Saat anak menunjukkan sikap peduli, menolong teman, atau berperilaku baik, berikan pujian dan penghargaan. Misalnya dengan mengatakan “Ibu bangga kamu mau membantu temanmu yang kesulitan mengerjakan PR”. Pujian akan membuat anak merasa dihargai dan termotivasi untuk terus berperilaku positif.

Penghargaan tidak selalu harus berupa barang. Pujian verbal, pelukan, atau acungan jempol sudah berarti bagi anak. Penting bagi orangtua untuk selalu menguatkan perilaku baik anak agar terus bertumbuh dengan pribadi yang positif.

8. Jalin Kerjasama dengan Pihak Sekolah

Komunikasi yang baik antara orangtua dan pihak sekolah sangat penting untuk mencegah dan menangani masalah bullying yang melibatkan anak. Orangtua bisa bekerja sama dengan guru untuk saling berbagi informasi terkait perkembangan sosial dan perilaku anak di sekolah.

Jika pihak sekolah memiliki program anti-bullying, orangtua harus berpartisipasi aktif. Misalnya dengan menghadiri seminar parenting atau kegiatan lain terkait pencegahan bullying di sekolah. Dengan begitu, upaya pencegahan bullying bisa dilakukan secara menyeluruh baik di rumah maupun sekolah.

9. Ajarkan Anak untuk Melaporkan Bullying

Anak perlu diajarkan untuk tidak takut melaporkan jika menyaksikan atau menjadi korban bullying. Beri tahu anak bahwa mengabaikan bullying hanya akan membuat perilaku itu berlanjut. Oleh karena itu penting segera melaporkan kejadian bullying kepada orangtua, guru, atau pihak berwajib.

Saat anak memberanikan diri melaporkan bullying, berikan dukungan penuh. Jangan malah marah dan menyalahkan anak. Dengarkan ceritanya, puji keberaniannya, dan segera tindaklanjuti laporannya. Hal ini akan membuat anak merasa nyaman dan terus terbuka kepada orangtua jika mengalami masalah serupa di kemudian hari.

10. Curahkan Kasih Sayang dan Perhatian

Anak yang merasa dicintai dan diperhatikan oleh orangtua cenderung memiliki harga diri yang positif. Mereka tidak perlu mencari perhatian atau superioritas dengan cara mengganggu dan melecehkan orang lain. Oleh karena itu, curahkanlah kasih sayang dan perhatian yang tulus kepada anak setiap hari.

Luangkan waktu berkualitas bersama anak. Ajak ngobrol, main, dan lakukan kegiatan menyenangkan bersama. Peluk dan cium anak setiap hari, dan ucapkan kata sayang. Dengan begitu, anak akan tumbuh dengan kepercayaan diri dan tidak membutuhkan bullying untuk merasa diakui.

11. Berikan Konsekuensi Tegas atas Perilaku Bullying

Jika anak terlibat perilaku bullying, berikan konsekuensi yang tegas sesuai usianya. Misalnya menegur keras, mengurangi uang saku, atau tidak diizinkan main di luar rumah sampai perilakunya membaik.

Jelaskan mengapa perilaku tersebut salah, dan bahwa tindakan bullying dapat melukai orang lain secara emosional atau fisik. Anak perlu belajar bertanggung jawab atas setiap perbuatannya agar tidak mengulangi lagi di kemudian hari.

Namun, tetap tunjukkan kasih sayang meski memberi hukuman. Jangan melampiaskan kemarahan dengan kekerasan verbal atau fisik, karena itu justru akan membuat anak semakin agresif. Hukuman harus diberikan dengan konsisten dan penuh kasih agar memberi efek jera dan pelajaran berharga bagi anak.

Kesimpulan

Mencegah anak menjadi pelaku bullying harus dimulai sejak dini di lingkungan keluarga. Orangtua harus memberikan teladan dan menanamkan nilai-nilai positif seperti empati, toleransi, dan menghargai orang lain. Komunikasi terbuka antara orangtua dan anak sangat penting untuk memantau perkembangan sosial dan emosi anak. Jika semua pihak bekerja sama, perilaku bullying dapat dicegah sejak akar-akarnya. Mari mulai dari rumah untuk membesarkan generasi yang peduli dan menghargai sesama.

Scroll to Top